Pendekatan Psikologi Tingkah Laku
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ditinjau dari perspektif psikologi perkembangan, manusia adalah makhluk
yang senantiasa mengalami perubahan. Sejak dari masa hidup hingga meninggal
dunia, manusia secara bertahap mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
Salah satu aspek perkembangan yang dialami manusia adalah perkembangan tingkah
laku.
Perilaku manusia terhadap lingkungannya memberikan kemungkinan –kemungkinan
atau kesempatan kepada individu, bagaimana individu mengambil manfaat dari
kesempatan yang di berikan oleh lingkungaan tergantung kepada individu yang
bersangkutan, sekalipun pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa, namun tidak
dapat di ingkari bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam perkembangan
individu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Pendekatan Psikologi Tingkah Laku
2. Kritik Dari Para Tokoh Tentang Pendekatan Psikologi Tingkah Laku
C. Tujuan
1. Menjelaskan Pendekatan Psikologi Tingkah Laku
2. Mengetahui Kelemahan Dari Setiap Pendekatan Psikologi Tingkah Laku
BAB II
PEMBHASAN
A. Pendekatan Psikologi Tingkah Laku
Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam
psikologi dijelaskan beberapa cara pendekatan, yaitu:
1. Pendektan Neurobiologis
Pendekatan ini mencoba menjelaskan hubungan
antara perilaku yang dapat diamati dan kejadian-kejadian mental (seperti
pikiran dan emosi) menjadi proses biologis. Penemuan-penemuan penelitian telah
menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara aktivitas otak dengan
perilaku dan dengan pengalaman. Misalnya, reaksi emosi, seperti rasa takut dan
marah, pada hewan dan manusia dapat dirangsang dengan aliran listrik lemah di
daerah tertentu yang jauh di bagian dalam otak. Dari berbagai penelitian
dikatakan, tindakan manusia yang paling rumit pun pada akhirnya mempunyai
kemungkinan untuk di perinci dan diteliti dasar mekanisme neurobiologisnya.
2. Pendekatan Behaviorisme
Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya
tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat
digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti
tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini
dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti
B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran. Menurut Watson jika psikologi
ingin diakui sebagai ilmu maka data harus diperoleh dari yang dapat diamati dan
dapat diukur. Pendekatan ini adalah "angkatan kedua" dalam psikologi,
sesudah psikoanalisis. Mazhab ini lahir di amerika, ketika metode ilmiah
dipercaya sebagai satu-satunya cara mengetahui perilaku yang dapat diandalkan.
Behaviorisme adalah pendekatan yang sangat bermanfaat untuk menjelaskan
persepsi interpersonal, konsep diri,eksperimen, sosialisasi, kontrol
sosial,serta ganjaran dan hukuman.
Behaviorisme percaya bahwa perilaku manusia
merupakan hasil dari proses belajar, manusia belajar dari lingkungannya dan
dari hasil belajar itulah ia berperilaku. Oleh karena itu, manusia dapat
dipengaruhi oleh lingkungannya. Pendekatan ini juga disebut psikologi Stimulus-Response (S-R).
3. Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah
laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai,
membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu
menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas
stimulus yang datang. Pendekatan kognitif adalah pendekatan yang menanggapi
keresahan orang ketika behaviorisme tidak mampu menjawab mengapa ada orang yang
berperilaku berbeda dari lingkungannya, yakni ia memiliki motif pribadinya
sendiri. Juga karena terlihat bagaimana pasifnya manusia.
4. Pendekatan Psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund
Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai
oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang
tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Hal terpenting dari
pendekatan psikoanalisis adalah bahwa tindakan manusia mempunyai sebab. Namun,
penyebabnya sering kali berupa motif-motif yang tidak disadari, bukan alasan
rasional yang diberikan oleh seseorang terhadap perilakunya. Dalam pandangan
psikoanalis, kepribadian manusia merupakan interaksi antara id,ego, superego.
5. Pendekatan Fenomenologi
Pendekatan fenomenologi ini lebih
memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat
dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang
dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau
aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu
dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.
6. Pendekatan Humanistik
Dalam pendekatan ini, manusia dipandang
sebagai Homo Ludes (manusia bermain). Setiap manusia hidup dalam pengalaman
pribadinya yang unik. Tidak akan ada satu manusiapun yang memiliki pengalaman
yang sama. Pendekatan ini berpendapat manusia bukan hanya sekedar wayang, yang
sibuk mencari identitas, namun ia juga berupaya mencari makna, baik makna
kehidupannya, makna kehadirannya di lingkungan, serta apa yang dapat
diberikannya kepada lingkungan.
B. Kritik Dari Para Tokoh Tentang Pendekatan Psikologi Tingkah Laku
1. Neurobiologi
Menurut Sukadji 1986, konsepsi
psikologi mengenai manusia yang hanya didasarkan neurobiologi kurang memadai
untuk menjelaskan perilaku manusia. oleh karena itu dibutuhkan
pendekatan-pendekatan lain untuk mengkaji fenomena-fenomena psikologi. Tingkah
laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf.
Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan
impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses
neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.
2. Behaviorisme
Burrhus Frederic Skinner, gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa
pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan
latihan. Kekurangannya, Behaviorisme tidak mampu menjawab mengapa ada orang
yang berperilaku berbeda dari lingkungannya. Pembelajaran hanya perpusat pada
guru sehingga pemikiran siswa tidak bisa berkembang secara lebih kreatif.
Pemberian hukuman dianggap menjadi pilihan yang paling efektif untuk
menertibkan siswa.
3. Kognitif
Kurt Lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif
(cognitif field) engan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi
sosial. Lewin memandang bahwa setiap individu berada dalam suatu medan kekuatan
yang bersifat psikologis yang disebut ruang hidup (life space). Life space
meliputi manifestasi lingkungan dimana siswa bereaksi.
Kekurangannya adalah Kemampuan fungsi kognisi
dari setiap siswa dianggap sama. Siswa tidak dapat menemukan gaya belajarnya
sendiri. Kuantitas kognisi lebih ditekankan daripada kualitas.
4. Psikoanalisa
Kekurangannya adalah terlalu banyak menekankan
kepada pengalaman masa lalu, hal ini
memberikan gambaran seolah -olah tanggung
jawab individu berkurang. Kurang efisien dari segi waktu dan biaya jika
diterapkan. Sebab menggali masa lalu klien tidak cukup dengan satu atau dua
kali pertemuan saja. Beberapa kelemahan
teori psikoanalisis menurut Hall & lindzey (1970: 68) adalah
Freud menjelaskan bahwa perilaku seseorang hanya disebabkan oleh
dorongan-dorongan seksual. Kelemahan yang lain dari teori psikoanalisis adalah
prosedur empiris validasi hipotesis yang dibuat oleh Freud. Ini ditunjukkan
dengan observasi yang dilakukan Freud dalam kondisi yang tidak terkontrol.
Freud mengakui bahwa dia tidak membuat langsung verbatim selama proses konseling,
akan tetapi membuatkan beberapa jam setelah proses konseling.
5. Fenomenologi
Max Scheller (1874-1928) berpendapat bahwa metode
fenomenologi sama dengan cara tertentu untuk memandang realitas. Dalam hubungan
ini kita mengadakan hubungan langsung dengan realitas berdasarkan intuisi
(pengalaman fenomenologi). Pengetahuan atau kebenaran yang dihasilkan cenderung
subjektif, yang hanya berlaku pada kasus tertentu, situasi dan kondisi
tertentu, serta dalam waktu tertentu. Dengan ungkapan lain, pengetahuan atau kebenaran
yang dihasilkan tidak dapat digeneralisasi.
6. Humanistik
Maslow (1908-1970), konsep utama yang dianut
adalah usaha untuk mengerti manusia sebagaimana adanya, mengetahui mereka dari
realitasnya, melihat dunia sebagaimana mereka melihatnya, memahami mereka
bergerak dan mempunyai keberadaan yang unik konkrit dan berbeda dari teori yang
abstrak. Kekurangannya, Bersifat individual, Proses belajar tidak akan berhasil
jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung. Sulit diterapkan dalam
konteks yang lebih praktis. Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.
Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah
berhasil mengaktualisasikan dirinya ini masih buram dan subjektif. Psikologi
humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individulisti.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Terdapat banyak pendekatan psikologi mengenai
tingkah laku. Setiap pendekatan mempunyi kelebihan dan kelemahan. Pendekatan
tersebut digunakan untuk dapat menggambarkan, menjelskan, memperkirakan munculnya
prilaku. Mulai dari mereka hidup sampai meninggal dunia. Perilaku tersebut
dapat muncul dari lingkungannya maupun bawan sejak ia lahir. Semua itu dapat
diketahui dengan menggunakan beberapa pendekatan di atas. Dan setiap pendekatan
membutuhkn pendekatan lain atau teori lain untuk lebih melengkapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Sukardi, D.K. 1985. Pengantar teori konseling:
suatu uraian ringkas. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia
Richard E. Palmer, Hermeneutika Teori Baru
Mengenai Interprestasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, Penj. Musnur Hery
dan Damanhuri)
Surakhmad, Winarno.1980. Pengantar Interaksi
Mengajar- Belajar: Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Penerbit
Tarsito
No comments:
Post a Comment