Friday 4 January 2019

Pembukaan oleh waka kurikulum MA Mahrusiah lerboyo Kediri


Jumat, 04 Januari 2019

Hari jumat adalah hari yang berkah menurut kami, hari yang sangat indah dan bersejarah
Tepat pada waktu itu bersamaan dengan terik matahari mulai menyengat kulit dan derahan cucuran keringat mulai mengaliri kening orang-orang yang bergerak aktif 

Di suatu lembaga pendidikan yang termashur di Kediri, yang di bawah yayasan pondok pesantren yang terkemuka di Jawa timur menjadi pilihan kampus IAIN KEDIRI  untuk tempat magang dam ppl kami 

Hari mulai siang, tepat jam 8 lebih, pembukaan magang dan ppl sudah kami rencanakan beberapa hari yang lalu, yang dihadiri oleh waka kurikulum, waka kesiswaan dan staf guru yang menjadi guru pamong kami dan tak lupa dosen pembimbing kami juga ikut terlibat dalam pembukaan tersebut.

Saat berlangsungnya acara pembukaan, petugas MC sudah mengawali tanda peresmian penyerahan mahasiswa magang dan dilanjutkan sambutan-sambutan dari undangan.
Saat peyambutan ujar Pak Taufik, "kami mewakili panitia magang dari pihak IAIN KEDIRI dan mewakili magang sampai ppl mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya dan ini kami menyerahkan anak anak mahasiswa magang dan ppl kepada pihak MA Mahrusiah, mohon bimbinganya"

Sambutan pertama tanda penyerahan resmi udah selesai di sambung juga sambutan berikutnya
"Dengan ucapan bismillah tawakaltu ala allah dan dengan kerendahan hati kami segenap pengurus MA Mahrusiah selamat datang dan bergabung selamat berproses" ujar waka kurikulum saat sambutan kedua
Di lanjut sambutan ketiga dari perwakilan dari mahasiswa, juga berterima kasih dan mohon bimbinganya ujar nya saat sambutan.
Sambutan sudah selesai dan seperti adat yang ada di pondok pesantren di akhir dengan doa yang langsung di serahkan kepada Imam wasoli ujar beliau "saya pernah di dawuhi guru lerboyo setelah acara itu harus ada doa kalau tidak ada setidaknya Al-fatehah dan wal 'Asri tiga kali" dengan khusuk dan penuh harapan bersamaan rasa ta'dim doa berjalan dengan syahdu
Pembukaan magang dan ppl berjalan dengan lancar dan Semuga saat magang dan ppl berjalan dengan lancar penuh dengan pengalaman dan akhirnya menjadikan ilmu yang bermanfaat bagi kami untuk bekal menjadi seorang pendidik yang baik pula

Thursday 3 January 2019

Pembangun Jembatan

Pembangun Jembatan

Teringat cerita saat di sungai yang aliranya menuju ke laut, sungai itu bernama sungai Assi, tepat diatas sungai tersebut terdapat jembatan yang sangat indah yang terbuat dari batu-batu besar yang dipikul di atas punggung para budak Antioch dari atas bukit menuju sungai yang ada dibawah.

Sekarang jembatan yang sangat indah tersebut sudah berdiri kokoh diatas sungai Assi dan terukir diatas pilar jembatan tersebut “Jembatan ini dibangun oleh Raja Antioch ll” yang ditulis dengan sastra Yunani dan Aramis yang sangat indah.

Karena sungai Assi yang sangat makjubkan dan jembatan yang setruktur bangunanya sangat indah yang membentang indah di atas aliran sungai yang menuju ke laut, menjadikan banyak pengunjung yang berdatangan, ujar pengunjung tersebut “Sungguh hebat Sang Raja Antioch ll, dapat membangun jembatan yang sangat ini”
Suatu ketika ada pemuda yang dianggap gila membawa sepapan kayu dan dipaku tepat diatas tulisan tersebut, kemudian kayu tersebut di tulisi “Yang membawa batu-batu dari atas bukit ini adalah para budak Antioch, kalian yang berdiri diatas jembatan ini sama saja berdiri diatas punggung para budak”

Setelah para pengunjung membacanya, mereka pun tertawa dan ada juga yang terkesima, “Bukankah yang menulis tulisan ini adalah orang gila” ujar pengunjung yang lain.

Namun para budak yang mendengarnya mereka tertawa sambil berkata pada budak yang lain “mereka bilang bahwa yang membangun jembatan ini adalah Raja Antioch, mereka tidak tahu betapa berat memikul batu besar itu diatas punggungnya”

Terkadang kita hanya menilai orang dari luar, dari fakta dan label, dari karakter dan sifat, dari bentuk dan rasa, dari bau dan warnanya.

Kita memang tidak mengerti prosesnya, kita tidak tahu perencanaanya, bahkan kita tidak faham apa latar belakang dan tujuanya.

Untuk itu butuh adanya penilaian dari beberapa sudut pandang, ingat bunga itu dari banyak sisi dan duri itu tajam dari satu sisi.

Kahlil Gibran, Rahasia Hati Sang Nabi, 138-139.

Tiga Pemuda dan Nabi Pertapa


Tiga Pemuda dan Nabi Pertapa

Petapa yang sangat dikenal oleh banyak orang, karena khotbahnya yang sangat mengesankan, tutur katanya yang sangat bijak dalam berkhotbah maupun berbincang, pertapa tersebut turun tiga kali dalam sebulan untuk berkhotbah dan menyampaikan pesan-pesan kepada orang-orang.

Pada suatu saat, bersama dinginya hembusan dari angin gunung dan mulai menggelapnya di sekitaran pepohonan, tiga pemuda mendatangi pertapa tersebut dengan menyalaminya dan pemuda tersebut bertanya kepada sang pertapa tersebut “Kau berkotbah sana kesini, sudah banyak dalilmu yang kumandangkan dan engkau menyuruh orang untuk dermawan, membuat orang untuk saling tolong menolong dan menjelaskan apa itu kemiskinan, sekarang kami minta kekayaanmu karena kami membutuhkanya”

Dengan nada yang sangat lirih petapapun menjawab, “wahai pemuda, sini ambilah apa yang kamu inginkan, aku tidak mempunyai banyak uang dan emas, aku tidak mempuyai apa-apa selain tempat tidur, alas dan teko air kecil ini”

Dengan pandangan yang hina sambil berdiri di samping lawang, salah satu berkata “Dasar penipu! Pembohong!, Kau mengajarkan apa yang belum pernah kau lakukan”

Itu lah mengapa ada perkataan dari orang bijak “Lihat apa yang dibicarakan, jangan lihat siapa yang berbicara”

Menilai suatu kebaikan, merasakan satu kasih sayang karena kebaikan, menikmati keindahan dampak dari kasih sayang. Itu adalah sebuah sedikit metode kehidupan.

Kahlil Gibran, Rahasia Hati Sang Nabi, 146

Pembangun Jembatan

Pembangun Jembatan

Teringat cerita saat di sungai yang aliranya menuju ke laut, sungai itu bernama sungai Assi, tepat diatas sungai tersebut terdapat jembatan yang sangat indah yang terbuat dari batu-batu besar yang dipikul di atas punggung para budak Antioch dari atas bukit menuju sungai yang ada dibawah.

Sekarang jembatan yang sangat indah tersebut sudah berdiri kokoh diatas sungai Assi dan terukir diatas pilar jembatan tersebut “Jembatan ini dibangun oleh Raja Antioch ll” yang ditulis dengan sastra Yunani dan Aramis yang sangat indah.

Karena sungai Assi yang sangat makjubkan dan jembatan yang setruktur bangunanya sangat indah yang membentang indah di atas aliran sungai yang menuju ke laut, menjadikan banyak pengunjung yang berdatangan, ujar pengunjung tersebut “Sungguh hebat Sang Raja Antioch ll, dapat membangun jembatan yang sangat ini”
Suatu ketika ada pemuda yang dianggap gila membawa sepapan kayu dan dipaku tepat diatas tulisan tersebut, kemudian kayu tersebut di tulisi “Yang membawa batu-batu dari atas bukit ini adalah para budak Antioch, kalian yang berdiri diatas jembatan ini sama saja berdiri diatas punggung para budak”

Setelah para pengunjung membacanya, mereka pun tertawa dan ada juga yang terkesima, “Bukankah yang menulis tulisan ini adalah orang gila” ujar pengunjung yang lain.

Namun para budak yang mendengarnya mereka tertawa sambil berkata pada budak yang lain “mereka bilang bahwa yang membangun jembatan ini adalah Raja Antioch, mereka tidak tahu betapa berat memikul batu besar itu diatas punggungnya”

Terkadang kita hanya menilai orang dari luar, dari fakta dan label, dari karakter dan sifat, dari bentuk dan rasa, dari bau dan warnanya.

Kita memang tidak mengerti prosesnya, kita tidak tahu perencanaanya, bahkan kita tidak faham apa latar belakang dan tujuanya.

Untuk itu butuh adanya penilaian dari beberapa sudut pandang, ingat bunga itu dari banyak sisi dan duri itu tajam dari satu sisi.

Kahlil Gibran, Rahasia Hati Sang Nabi, 138-139.

Filosof dan Tukang Sepatu



Filosof dan tukang sepatu


Di suatu hari seorang filosof datang kapada seorang tukang sepatu dengan membawa sepatunya yang sudah rusak. Dengan nada biasa dan raut muka yang datar filosof berkata, “Tolong perbaiki sepatuku ini”.

Dengan cepat seperti lantasnya sales rokok, tukang sepatu menjawab “Siap pak, tolong sepatu anda ditaruh aja di situ, ini saya lagi mengerjakan sepatu pelanggan saya yang lain, nanti kalau ini selesai sepatu bapak saya akan perbaiki. Jadi jika ingin pergi pakai sandal ini, dan kembali besok untuk mengambil sepatu bapak yang sudah selesai saya perbaiki”

“Aku tidak mau memakai sepatu milik orang lain, selain miliku sendiri” sahut filosof tadi dengan nada tinggi.

Lalu apa jawab dari seorang penjahit sepatu tersebut, dengan muka tersenyum dan nada yag sangat rendah tetapi jelas dalam pelafalanya, penjahitpun menjawab “Hai yang katanya seorang filosof yang agung, kenapa pikiranmu kayak anak kecil, engkaupun bahkan tidak mau menyesuaikan kakimu dengan sepatu orang lain..? silahkan pergi dari sini dan mencari tukang sepatu yang lain untuk dapat memahami pikiran filosof seperti anda yang mau memperbaiki sepatu anda juga”
Dengan tanpa terima kasih dan suasa muka yang kayak sambel korek, filosof itu pergi tidak jadi memperbaiki sepatunya.

Keras kepala, sombong, angkuh dan sok bijak itu semua adalah yang membuat kita tidak nyaman dalam menjalani kehidupan saat ini, makanya itu kalau memasukan ilmu dalam pikiran dan hati itu tidak sama.

Menjadi orang bijak itu perlu, menjadi orang pinter itu wajib, tetapi menjadi orang yang mengerti dan faham itu adalah kebutuhan.


Kahlil Gibran, Rahasia Hati Sang Nabi, 13